BELAJAR MEMBACA DI USIA DINI, PERLUKAH?


Ada banyak pendapat mengenai pengajaran membaca di usia dini. Ada yang pro dan tentu saja ada yang kontra. Yang setuju memberikan alasan bahwa usia ini adalah masa keemasan seorang anak (sekitar 0-3 tahun, pendapat lain mengatakan 0-5 tahun), seorang anak harus distimulasi dengan berbagai stimulus agar mereka tumbuh menjadi anak cerdas. 

yang tidak setuju, berpendapat bahwa seorang anak tidak boleh dieksploitasi dengan stimulus yang terlalu “dewasa”, biarlah mereka tumbuh secara alami layaknya seorang anak. Sebab kematangan dan kecerdasan emosional lebih penting dibandingkan yang lain. karena kecerdasan kognitif yang tidak didukung kecerdasan emosional, akan sia-sia belaka.

Lalu bagaimana pendapat Anda?
Kalau saya tergantung pada anak. Semua anak pada dasarnya dilahirkan dengan bakat dan kecerdasan beragam. Setiap anak memiliki ketertarikan yang belum tentu sama dengan anak lainnya. Kalau anak Anda tertarik dengan alam misalnya, maka tidak ada salahnya kita mengajari dia tentu Sains dan semacamnya. 

Jika anak Anda tampaknya sangat antusias untuk selalu berbicara dengan orang-orang sekitarnya, mungkin lebih baik kita mengajarinya tentang seni public speaking. Maka, jika anak-anak kita tampaknya sangat tertarik untuk membolak-balik lembaran majalah, buku,ataupun koran yang ditemui, maka mengajarinya mengenali simbol-simbol penyusun kata, insya Alloh akan mennyenangkan untuknya.
Jadi tak perlu bingung… apakah sudah waktunya atau belum untuk mengajarkan membaca pada Anak-anak kita. Yang terpenting mereka memang tertarik dengan apa yang Anda berikan.

Setiap anak memiliki bakat, potensi, dan keistimewaan yang berbeda-beda. Maka, sebagai orangtua, selayaknya kalau kita memilihkan aktivitas yang sesuai dengan potensi masing-masing anak.
Membaca pun demikian, kadang sebagian orangtua ingin anak-anaknya cepat “pintar” membaca. Sehingga mereka kadang memaksakan keinginan tersebut pada sang anak meskipun anak terlihat ogah-ogahan. Hal ini, tentu sangat disayangkan, niat baik, tapi respon buruk yang didapat.

Metode Alataka

Metode yang berusaha memudahkan anak-anak yang baru belajar membaca. Belajar membaca, terasa seperti mendengarkan dongeng singkat dari sang ibu atau ayah.

Ciri khas metode ini adalah urutan hurufnya tidak mengikuti kaidah alfabet, tapi berurutan sesuai bentuk, sehingga seakan-akan hurufnya memiliki keterkaitan dengan huruf sebelum dan sesudahnya. Penyusunan huruf-hurufnya terinspirasi dari urutan huruf-huruf hijaiyah, yang tampak berurutan, sehingga memudahkan siapa saja untuk segera menghafalnya.

Metode ini disusun dalam sebuah buku, yang terdiri dari 2 buku. buku yang pertama adalah buku level 1 dan buku kedua, terdiri dari 2 level, level 2 dan level 3.

Metode ini menggunakan prinsip sederhana. setiap suku kata kita hubungkan dengan sebuah karakter yang dekat dengan kehidupan anak. selain cerita, metode ini mencoba mencocokkan bentuk huruf dengan bentuk karakter tersebut. misalnya: la, sayang, la adalah Laaa lat, kakinya kurus, dia adalah laaaaa-lat.

Sumber : Ibunyasakhi
Share this article :

Klik Gambar dibawah ini untuk melihat Berita lainnya